Larangan Saling Memperolok dan Praduga Tak Beralasan Serta Perlunya Saling Menghargai

 (Surat Al-Hujurat:11-13)



Artinya:
(11) Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengolok-olokkan kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka yang diolok-olok lebih baik dari mereka yang mengolok-olok dan jangan pula wanita-wanita mengolok wanita lain karena boleh jadi wanita-wanita yang diperolok lebih baik dari wanita yang mengolok-olok dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk, seburuk-buruk panggilan yang buruk sesudah iman dan barang siapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang dzalim. (12) Hai orang-orang yang beriman jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa, dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain, dan janganlah sebagian kamu mengunjing sebagian yang lain, sukakah salah seorang diantara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya, dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang. (13) Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seseorang laki-laki seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal, sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (Q.S.Al-hujurat:11-13)
            Pada ayat di atas Allah menjelaskan adab-adab (pekerti) yang harus berlaku diantara sesama mukmin, dan juga menjelaskan beberapa fakta yang menambah kuatnya persatuan umat Islam, yaitu:
a.     Menjauhkan diri dari berburuk sangka kepada orang lain.
b.     Menahan diri dari memata-matai keaiban orang lain.
c.     Menahan diri dari mencela dan mengunjing orang lain.
Dan dalam ayat tersebut juga, Allah menerangkan bahwa semua manusia dari satu keturunan, maka kita tidak selayaknya menghina saudara sendiri. Dan Allah juga menjelaskan, bahwa dengan Allah menjadikan kita berbangsa-bangsa, bersuku-suku dan bergolong-golong tidak lain ialah agar kita saling kenal dan saling menolong sesama. Karena ketaqwaan,  kesempurnaan dan kesalehan jiwa itulah bahan-bahan kelebihan seseorang atas orang lain.

"Yaa ayyuhal ladziina aamanuu laa yaskhar qaumun min qaumin"
Kita tidak boleh saling menghina diantara sesama. Ayat ini akan dijadikan oleh Allah  sebagai peringatan dan nasehat agar kita bersopan santun dalam pergaulan hidup kaum beriman. Dengan hal ini berarti Allah melarang kita untuk mengolok-olok dan menghina orang lain, baik itu dengan cara mengejek membeberkan keaiban, ataupun menghina dengan ucapan/isyarat, karena hal ini dapat menimbulkan kesalahpahaman diantara kita.

"'asaa an yakuunu khayraan minhum"
Allah melarang kita menghina sesamanya karena bisa jadi orang yang dihina itu lebih baik dan lebih mulia disisi Allah kedudukannya daripada yang menghina

"walaa nisaa un min nisaa in 'asaa an yakunna khayraan minhunna"
Orang yang kerjanya hanya mencari kekhilafan dan kesalahan orang lain, niscaya lupa akan kesalahan dan kekhilafan yang ada pada dirinya sendiri. Sebagaimana sabda Nabi yang Artinya:
“Kesombongan itu ialah menolak kebenaran dan memandang rendah manusia.”

"walaa talmizuu anfusakum"
Dalam potongan ayat ini Allah melarang kita mencela orang lain karena mencela orang lain sama saja mencela diri sendiri, karena orang-orang mukmin tersebut bagaikan satu badan. Firman Allah SWT yang menerangkan tentang balasan bagi orang yang suka mencela orang lain, yaitu:
×@÷ƒur Èe@à6Ïj9 ;otyJèd >otyJ9 ÇÊÈ                 
Artinya:
Neraka wailun hanya buat orang yang suka mencedera orang dan mencela orang.” (Al-humazah:1)
Adapun dari arti “Humazah”yaitu mencedera, yakni memukul dengan tangan, sedangkan “Lumazah” yaitu mencela dengan mulut.

"walaa tanaa bazuu bil alqaab"
Allah telah melarang kita memanggil orang lain dengan gelaran-gelaran yang mengandung ejekan-ejekan, karena hal ini termasuk menjelekkan seseorang dengan sesuatu yang telah dilakukan olehnya. Sedangkan orang yang dihina itu telah bertaubat, tapi jika gelaran (panggilan) tersebut mengandung pujian dan tepat pemakaiannya, maka itu tidak dibenci sebagaimana gelar yang diberikan kepada Umar yaitu Al-Faruq.

"bi'sal istsmul fusuuqu ba'dal iimaan"Ç
Allah melarang kita memanggil orang dengan sebutan kata “fasik” setelah ia sebulan masuk Islam atau beriman. Para ulama’ mengharamkan kita memanggil orang lain dengan sebutan yang tidak disukai.

"waman lam yatub faulaaika humu ddhalimuun"
Penggalan ayat di atas diturunkan mengenai “Shafiyah binti Hiyam ibn Akhtab”, beliau datang mengadu kepada Rasul bahwa isteri nabi yang lain mengatakan kepadanya. Hai orang Yahudi, hai anak dari orang Yahudi, mendengar itu, Rasul berkata: mengapa engkau tidak menjawab: ayahku Harun, pamanku Musa, sedangkan suamiku Muhammad. Dalam ayat ini diterangkan bahwa orang yang telah mengolok-olok bahkan menghina orang lain tapi tidak bertaubat, maka mereka termasuk orang dhalim.

"yaa ayyuhalladziina aamanuuj tanibuu katsiiraan mina adhanni"
Dalam ayat tersebut Allah melarang bahkan mengharamkan kita berprasangka buruk atau berfikiran negatif terhadap orang yang secara lahiriyahnya tampak baik dan memegang amanat, atau kita tidak boleh memfitnah seseorang, karena memfitnah itu tidak saja menyakiti seseorang dari lahirnya saja tapi juga menyakiti batinnya.

"inna ba'dha adhdhanni itsmun"
Allah telah melarang kita berburuk sangka terhadap orang lain karena sebagian dari buruk sangka itu dosa. Prasangka adalah dosa, karena prasangka merupakan tuduhan yang tidak beralasan dan bisa memutuskan silaturrahmi diantara dua orang yang baik. Dalam hal ini prasangka yang dilarang adalah prasangka buruk yang dapat menimbulkan tuduhan kepada orang lain, sedangkan prasangka tentang perkiraan itu tidak dilarang. Sebagaimana terdapat dalam suatu hadits yang artinya:
 “Tiga macam membawa krisis bagi umatku, yaitu memandang kesialan, dengki, dan buruk sangka.”

"walaa tajassasuu"
Allah telah melarang kita mencari-cari keaiban dan menyelidiki rahasia seseorang. Tapi jika kita memata-matai seseorang atau musuh agar tidak terjadi kejahatan. Maka itu tidak diperbolehkan.

"walaa yagtab ba'dhukum ba'dhaa"
Allah melarang  mencela orang yang menggunjing tentang sesuatu yang tidak disukainya. Menurut para ulama, mencela yang dibenarkan adalah jika bertujuan untuk:
a.     Untuk mencari keadilan.
b.     Untuk menghilangkan kemungkaran.
c.     Untuk meminta fatwa atau mencari kebenaran.
d.     Untuk mencegah manusia berbuat salah.
e.     Untuk membeberkan orang yang tidak malu-malu melakukan kemaksiatan.[1]

"ayuhibbu ahadukum an ya'kula lahma akhiihi maytaan fakarihtumuuhu"
Allah telah melarang kita membicarakan keburukan seseorang, karena hal itu sama halnya dengan makan bangkai saudaranya yang busuk. Allah melarang hal tersebut karena perbuatan ini merupakan penghancuran pribadi terhadap saudara yang dicela itu.

"wattaquullaha, innallaha tawwaaburrahiim"
Dalam ayat ini Allah menyuruh kita untuk bertaubat dari kesalahan yang telah kita perbuat dengan disertai penyesalan dan bertaubat dengan (taubat an-nasuha). Dalam ayat tersebut Allah juga memberitahukan kepada kita bahwasanya Allah senantiasa membuka pintu kasih sayangnya, membuka pintu seluas-luasnya dan menerima kedatangan para hamba-Nya yang ingin bertaubat agar menjadi pribadi yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT.

"yaa ayyuhannaasu innaa khalaknaakum min dzakarin wa untsaa"
Dalam ayat ini mengandung dua penafsiran, yaitu:
a.     Seluruh manusia diciptakan pada mulanya dari seorang laki-laki, yaitu Adam dan dari seorang perempuan, yaitu Hawa.
b.     Segala manusia sejak dulu sampai sekarang terjadi dari seorang laki-laki dan perempuan.
Ÿ (#þqèùu$yètGÏ9@ͬ!$t7s%ur $\/qãèä© Nä3»oYù=yèy_ur
Allah menciptakan manusia dari berbagai macam suku dan bangsa agar kita  saling mengenal. Ayat ini merupakan dasar demokrasi yang baik di dalam Islam dengan menghilangkan perbedaan dan kasta.

"inna akramakum 'indallahi atqaakum"
Semua manusia dimata Allah SWT itu sama, yang menjadi perbedaannya hanyalah ketaqwaan. Taqwa adalah suatu prinsip umum yang meliputi takut kepada Allah dan mengerjakan apa yang diridhai-Nya yang melengkapi kebaikan di dunia dan akhirat. Kemuliaan hati yang dianggap bernilai adalah kemuliaan hati, budi, perangai, dan ketaatan kepada Allah.

"innallaha 'aliimun khabiir"
Bahwasanya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu baik yang tampak ataupun tersembunyi. Dan bahwa Allah adalah sebaik-baiknya Sang Pencipta.




[1] Mustabsyirah. Dkk, Tafsir, Banda Aceh: PSW IAIN Ar-Raniry,  2009, hlm. 167.

0 Response to " Larangan Saling Memperolok dan Praduga Tak Beralasan Serta Perlunya Saling Menghargai"

Posting Komentar